logo
Back to Article

Bagaimana orang Kristen Hidup Dalam Dunia Digital ?

AI4Education

2025-01-24 11:06:00

Dalam kutipan dari buku How Do We Live in a Digital World? (Bagaimana Orang Kristen Hidup dalam Dunia Digital, Red.) ini, C. Ben Mitchell membahas beberapa peluang dan tantangan yang dihadapi oleh orang Kristen dan gereja ketika hidup dalam dunia digital.

Ada lebih banyak konten di internet saat ini dibandingkan pada tahun 1991, ketika halaman web pertama kali muncul. Dari segi volume, internet meningkat empat kali lipat antara tahun 2014 hingga akhir tahun 2016. Lebih dari 1,3 zettabyte data ditransmisikan di antara jaringan komputer di seluruh dunia-yaitu 1,3 diikuti dengan 20 angka nol. Pada tahun 2020, jumlah tersebut diperkirakan akan bertambah menjadi 40 zettabyte. Angka tersebut sangat besar sehingga sulit untuk dipahami.

Antara lain, semua ini berarti bahwa di era digital seperti sekarang ini, semakin sulit untuk berkonsentrasi selama beberapa menit, apalagi berjam-jam tanpa gangguan, bahkan sering kali gangguan yang dipaksakan oleh diri sendiri. Meskipun saya mengakui bahwa pengalaman saya tidak dapat dianggap universal, saya menduga ada banyak orang lain yang dapat berempati. Apa arti semua ini bagi masa depan komunikasi digital? Apa artinya semua ini bagi orang Kristen dan gereja?

PELUANG DARI TEKNOLOGI DIGITAL

Pertama-tama, kita harus mencatat bahwa internet telah melakukan banyak hal untuk menghubungkan orang-orang, memberi mereka suara, dan memfasilitasi penciptaan komunitas virtual yang memiliki kesempatan untuk membentuk komunitas nyata. Banyak orang akan mengingat peran media digital dalam penggulingan presiden Tunisia Zine El Abidine Ben Ali dan penggulingan Hosni Mubarak dalam apa yang disebut sebagai Musim Semi Arab pada tahun 2011. Media sosial memiliki peran penting dalam membangun jaringan aktivis dan menggalang para pengunjuk rasa, terutama di Mesir. Jika literasi adalah kekuatan, konektivitas adalah kekuatan bersama.

Demikian pula, media digital telah menyatukan para pemeluk agama dan komunitas agama di seluruh dunia. Dalam karyanya tentang media dan agama, profesor komunikasi dari Texas A&M, Heidi Campbell, mencatat evolusi dari apa yang ia dan rekan-rekannya sebut sebagai "agama digital". Meskipun penganut agama Kristen dan muslim dianggap menempati bandwidth (kecepatan transmisi data, Red.) terbesar di media sosial, agama Hindu, Buddha, dan agama-agama baru di Jepang memiliki jejak yang berkembang di lanskap digital. Melalui fenomena seperti lahirnya kelompok-kelompok pengguna agama, forum-forum web bergaya siaran, dan berdirinya gereja-gereja maya dan lingkungan ibadah interaktif virtual, internet telah memberikan konteks media baru untuk ekspresi keagamaan, dakwah, dan keterlibatan. Dan, seperti yang ditunjukkan oleh Campbell dan yang lainnya, hal ini merupakan jalan dua arah. Artinya, media baru tidak hanya dibentuk oleh komunitas agama, tetapi komunitas agama juga dibentuk oleh media baru. Gagasan tentang otoritas, keaslian, komunitas, identitas, ritual, dan agama semuanya dibentuk dan dibentuk kembali, dibentuk dan diinformasikan oleh agama digital.

TANTANGAN TEKNOLOGI DIGITAL

Pencarian informasi, pertumbuhan ekonomi, agama digital, dan akses ke pendidikan merupakan sektor-sektor peluang yang signifikan yang dibantu oleh revolusi digital yang sedang berkembang. Namun, seperti hampir semua bidang kehidupan lainnya, ada manfaat dan masalah. Perhitungan manfaat dan masalah yang akurat dapat membantu kita menentukan apakah media digital memberikan keuntungan bersih atau kerugian bersih; tetapi mungkin saja hasilnya lebih kompleks dari itu. Mungkin keuntungannya cukup kuat untuk membenarkan pengembangan teknologi yang sedang berlangsung, tetapi alih-alih mengadopsi tanpa kritis, kita harus mengembangkan kriteria untuk membuat pilihan yang lebih baik. Bagaimana cara kita mulai melakukannya? Apa yang harus kita ketahui yang akan membantu kita membuat pilihan yang baik tentang teknologi?

Mari kita mulai dengan pertanyaan ini: Apakah teknologi digital berkontribusi terhadap perkembangan manusia? Tentunya ini adalah pertanyaan penting bagi teknologi apa pun, dan tidak terkecuali teknologi yang menurut beberapa futuris, siap untuk menggoda kita untuk membuang rasa kemanusiaan kita. Di sini, tentu saja, saya tidak hanya berpikir tentang para transhumanis, tetapi juga mereka yang tergoda untuk percaya pada keniscayaan teknologi yang pada akhirnya akan melampaui kapasitas manusia dan mengharuskan kita untuk berjuang demi hidup kita sendiri atau menyerah pada perbudakan pada Mesin.

Makhluk seperti apakah kita, manusia? Dan seperti apa perkembangan manusia dalam "budaya teknologi" digital yang sedang berkembang? Masalah apa yang ditimbulkan oleh teknologi digital bagi kesejahteraan manusia? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang mendalam di fase abad ke-21 ini.

BEBERAPA KIAT PRAKTIS UNTUK BERGERAK MAJU

Poin-poin ini membutuhkan cara-cara praktis untuk melangkah maju. Oleh karena itu, dalam Reclaiming Conversation, Turkle menyarankan agar mereka yang ingin menjinakkan teknologi harus:

* Ingatlah kekuatan ponsel Anda. Ponsel bukanlah sebuah aksesori. Ini adalah perangkat yang kuat secara psikologis yang tidak hanya mengubah apa yang Anda lakukan, tetapi juga siapa Anda.

* Pelan-pelan.

* Lindungi kreativitas Anda. Luangkan waktu Anda dan ambillah waktu tenang. Temukan agenda Anda sendiri dan pertahankan kecepatan Anda sendiri.

* Ciptakan ruang-ruang yang aman untuk percakapan.

* Pikirkan satu tugas pada satu waktu sebagai hal besar berikutnya.

* Bicaralah dengan orang yang tidak sependapat dengan Anda.

* Patuhi aturan tujuh menit-tunggu setidaknya tujuh menit dalam percakapan sebelum mengambil ponsel Anda.

* Tantang pandangan tentang dunia sebagai aplikasi.

* Pilih alat yang tepat untuk pekerjaan itu.

* Belajarlah dari saat-saat gesekan.

* Ingatlah apa yang Anda ketahui tentang kehidupan.

* Jangan menghindari percakapan yang sulit.

* Cobalah untuk menghindari pemikiran ekstrem yang melihat dunia hanya sebagai hitam atau putih. (t/Yosefin).

Diambil dari:
Nama situs : Lexham Press
Alamat artikel : https://blog.lexhampress.com/2021/10/21/how-do-christians-live-in-a-digital-world/
Judul asli artikel : HOW DO CHRISTIANS LIVE IN A DIGITAL WORLD?
Penulis artikel : Tim Lexham Press
YLSA SABDA

Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati

Contacts

WhatsApp:

0881-2979-100
Social

Copyright © 2023 - Yayasan Lembaga SABDA (YLSA). All Rights Reserved