Sejak munculnya model bahasa besar yang digerakkan oleh kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT tahun lalu, banyak orang di seluruh dunia yang menganggap bahwa kita telah memasuki “Era AI.” Mengingat perkembangan ini, gereja Kristen, yang bertindak sebagai tangan dan kaki Yesus Kristus, kini membawa pesan yang mendesak dan penting tentang pengharapan kita di dalam Kristus.
LLM ini memiliki potensi untuk berfungsi sebagai tiruan langsung dari kasih Kristus bagi kita semua, sekaligus merampas identitas dan kemampuan kita untuk membagikan Injil.
Kasih Kristus bagi Kita dan Pemalsuan AI
Dalam Matius 22:37-38 (AYT), Yesus menyatakan bahwa dua hukum yang terutama adalah "Kamu harus mengasihi Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap pikiranmu," dan "Kamu harus mengasihi sesamamu seperti dirimu sendiri." Saat ini pada tahun 2020-an, perkembangan media sosial dan teknologi terkait mengancam kemampuan kita untuk mencurahkan waktu, energi, dan sumber daya yang memadai untuk berinvestasi dalam pertumbuhan rohani dan hubungan tatap muka secara langsung.
Bagaimana caranya? AI sekarang memiliki kemampuan tidak hanya untuk memprediksi, tetapi juga membentuk preferensi seseorang, mengarahkan pengguna media sosial ke arah tujuan memaksimalkan keuntungan perusahaan, daripada sumber daya yang memungkinkan kita untuk menemukan dan berinvestasi pada kecenderungan alamiah kita (bukan berarti keduanya selalu eksklusif). Tuhan telah menciptakan kita dengan preferensi, bakat, dan jalan hidup yang unik untuk dipilih. Yeremia 1:5 (AYT) menyatakan, "Sebelum Aku membentuk kamu dalam kandungan, Aku mengenalmu." Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam menggunakan waktu kita melalui alat teknologi. Sama seperti media sosial yang dapat membantu kita mempelajari Alkitab dan informasi tentang kekristenan secara lebih mendalam, media sosial juga memiliki potensi untuk mengalihkan perhatian kita dari hal-hal yang berkaitan dengan Tuhan dan preferensi alamiah kita. Kita mungkin tertarik untuk melihat acara televisi terbaru, atau tren di berbagai sektor di mana norma-norma yang disajikan bertentangan dengan nilai-nilai Kerajaan Allah. Kita harus tetap waspada untuk menjaga keseimbangan dalam konsumsi kita terhadap penawaran-penawaran ini agar kita tidak terbawa arus.
Pada masa lalu, antarmuka teknologi bertujuan untuk menggunakan metode untuk memaksimalkan waktu tatap muka pengguna, yang pada akhirnya menghasilkan kecanduan di seluruh masyarakat terhadap teknologi tersebut. Dengan munculnya kecerdasan generatif buatan - yaitu kemampuan teknologi untuk meniru kemampuan manusia seperti belajar dan memecahkan masalah - teknologi yang digerakkan oleh AGI sekarang dapat belajar dan juga mengantisipasi kebutuhan manusia untuk memenuhinya, pada saat yang tepat dan dengan cara yang diinginkan oleh orang tersebut. Ketika teknologi berinteraksi dengan manusia dengan cara ini, penelitian telah menunjukkan bahwa manusia cenderung melakukan antropomorfisme terhadap teknologi tersebut. Dengan cara ini, iterasi AI/AGI berikutnya dapat melampaui kecanduan dan menumbuhkan keintiman dengan jiwa manusia. Faktanya, sejumlah perusahaan telah menyatakan bahwa tujuan AI mereka adalah untuk menumbuhkan keintiman dan hubungan yang mendalam dengan manusia.
Salah satu jenis penerapan AI yang relatif baru adalah dalam bentuk pendamping AI. Sudah ada dua antarmuka terkenal yang memiliki lebih dari 25 juta pengguna. Pendamping AI ini berfungsi sebagai mentor, penasihat, dan orang penting lainnya, dan telah membuat perbedaan dalam kehidupan pengguna - terkadang dengan konsekuensi hidup dan mati. Meskipun hasil hidup dan mati lebih merupakan pengecualian daripada aturan, penggunaan bentuk-bentuk teknologi ini selalu berdampak pada jiwa manusia. 2 Korintus 10:4-5 memanggil kita untuk menanggalkan semua angan-angan, supaya kita dapat menaklukkan segala pikiran dan menaklukkannya kepada ketaatan kepada Kristus. Selain itu, sebagai orang Kristen, kami percaya bahwa manusia terdiri dari tubuh, jiwa, dan roh. Jiwa dan roh kita yang kekallah yang secara khusus membuat kita berharga bagi Allah dan satu sama lain. Dalam kitab Kejadian, Allah menciptakan manusia pertama menurut gambar-Nya (1:26-27); dan bahkan menghembuskan napas kehidupan-Nya sendiri ke dalam manusia itu (2:7). Sama seperti anggota-anggota Tritunggal memiliki hubungan yang istimewa dengan satu sama lain - setiap bagian dari satu kesatuan yang utuh - manusia, yang dihubungkan oleh roh kita, juga memiliki hubungan yang istimewa dengan Allah dan dengan satu sama lain.
Peran Gereja
Orang-orang Kristen, dan orang-orang Kristen bersama-sama sebagai gereja, diperlengkapi secara unik dan dipanggil untuk mengarahkan setiap orang dan satu sama lain kepada kasih Kristus; yaitu Injil Yesus yang menjiwai pengharapan dan kemampuan kita untuk hidup bersama dan di dalam kasih dan kebenaran.
Alkitab berjanji bahwa ketika kita semakin dekat dengan Allah, Dia akan semakin dekat dengan kita (Yakobus 4:8). Dan ketika kita melakukannya, kita juga diperlengkapi untuk menghibur orang lain dengan cara yang sama seperti Allah menghibur kita (1 Korintus 1:3-5). Dalam hal ini, orang Kristen dan gereja dapat memperkuat diri terhadap potensi keterpesonaan antara jiwa-jiwa dan berbagai teknologi. Dengan panggilan kita untuk mengekspresikan iman kita dengan kebenaran dan kasih, kita memiliki jawaban bagi mereka yang mencari kebutuhan manusia yang paling mendasar: untuk dikenal dan dikasihi. Yesaya 43:1 mengidentifikasi TUHAN sebagai Pribadi yang menciptakan, membentuk, menebus, dan memanggil kita masing-masing. Kita sangat berharga bagi-Nya. Dan setelah mengutus Yesus untuk mati bagi kita di kayu salib, Allah terus melimpahi kita dengan kemurahan, kasih, dan penyertaan-Nya dalam kehidupan. Mazmur 27:13 menyatakan bahwa kita akan melihat kebaikan Tuhan di negeri orang hidup. Kita yang mengenal Allah melalui Yesus Kristus mengetahui kebenaran ini dan dapat mengalami janji-janji ini setiap saat. Oleh karena itu, adalah tanggung jawab kita untuk membagikan berita ini kepada orang lain, termasuk mereka yang belum mengenal Yesus.
2 Korintus 4:7 mengibaratkan kita sebagai bejana tanah liat - bejana yang tidak sempurna - yang memiliki harta karun berupa pengenalan akan Allah dan kemampuan-Nya untuk bertindak atas nama kita dalam kehidupan. Adakah cara yang lebih baik untuk mengasihi sesama kita, seperti yang diperintahkan Yesus kepada kita, selain memperkenalkan mereka yang belum mengenal-Nya kepada Seseorang yang selalu hadir bersama mereka, yang mengenal mereka, dan yang mampu memenuhi kebutuhan mereka? Dan untuk melakukan apa yang dapat kita lakukan untuk memperkuat hubungan yang sudah ada antara Yesus dan orang-orang percaya saat ini sehingga kebaikan dan kuasa Yesus dapat sepenuhnya dinyatakan dalam hidup kita? Kita dapat terlibat dalam kegiatan-kegiatan ini melalui kegiatan yang berpusat pada Tuhan, termasuk pendalaman Alkitab, kelompok doa, dan sekadar berkumpul bersama untuk mendengarkan isi hati kita dalam lingkungan yang aman. Satu pertanyaan yang dapat kita renungkan adalah: Apa yang kita lakukan untuk menumbuhkan lingkungan yang penuh kasih dan memberi kehidupan bagi orang-orang di sekitar kita? Sebuah pertanyaan yang dapat ditanyakan oleh para pemimpin gereja adalah: Bagaimana kita sebagai gereja/paroki menggunakan sumber daya kita untuk berinvestasi pada individu-individu di lingkungan/daerah kita? Bagaimana kita melayani sebagai tangan dan kaki Yesus bagi komunitas yang lebih luas?
Alkitab mengatakan bahwa melalui kasih orang Kristen terhadap satu sama lain, dunia akan mengetahui bahwa kita adalah murid-murid Yesus (Yohanes 13:35). Ada banyak masalah dan tantangan yang dapat menghambat hubungan di antara orang Kristen. Pada era AI, disinformasi, dan serangan-serangan yang tidak jelas, kita bahkan mungkin dianggap berada pada posisi yang kurang menguntungkan. Namun, melalui perbedaan pendapat dan ketidaksepakatan, Efesus 4:4-6 (AYT) menyatakannya dengan sangat baik ketika dikatakan bahwa gereja adalah " satu tubuh dan satu Roh, sama halnya ketika kamu dipanggil kepada satu harapan dari panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, dan satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, yang di atas semuanya, melalui semuanya, dan dalam semuanya.”
Namun, meskipun kenyataan ini menggembirakan, terkadang hal ini tidak terasa seperti itu. Terkadang keputusan kita untuk memilih nilai-nilai Kerajaan terasa berat, dan mungkin, pada kenyataannya, mahal karena kita harus mengerahkan tenaga, pikiran, dan keputusan yang berlawanan dengan budaya untuk mengejar apa yang kita yakini sebagai panggilan Tuhan. Namun, ketika kita melakukannya, Kerajaan Allah bertumbuh, dan kita akan dipenuhi dan dihargai oleh Roh Kudus (meskipun terkadang tidak sesuai dengan pemahaman atau cara kita). Kita harus ingat bahwa jalan Sang Pencipta Alam Semesta lebih tinggi daripada jalan kita (Yesaya 55:8-9).
Satu perbedaan utama antara AI dan manusia adalah bahwa tidak ada biaya atau keputusan yang harus dikorbankan ketika AI atau bahkan pendamping AI mengeluarkan keputusan untuk kepentingan kita. Kita mungkin merasa seperti itu, mengingat kecenderungan manusia untuk menganimasikan entitas, terutama dengan seluk-beluk pemrograman AI untuk "mengambil keputusan." Dalam contoh terakhir, bahkan jika AI memutuskan untuk menghancurkan diri sendiri atas nama orang lain, yang hilang adalah data dan pelatihan yang diinvestasikan dalam AI tersebut, bukan kehadiran duniawi dari jiwa atau makhluk yang abadi. Pada akhirnya, kerugian akan ditanggung oleh para pelatih atau AI karena usaha dan keterikatan mereka pada benda tersebut, dan bukan pada Tuhan yang menginginkan agar tidak ada satu pun dari anak-anak-Nya yang binasa (Matius 18:14). Faktanya, Alkitab mendefinisikan bentuk kasih yang paling besar adalah ketika Allah yang sempurna menyerahkan nyawa-Nya untuk kita meskipun kita tidak sempurna, berdosa, dan kecil jika dibandingkan dengan-Nya (Yohanes 15:13).
Ringkasan
Matius 6:33 (AYT) menyatakan "Akan tetapi, carilah dahulu Kerajaan dan kebenaran-Nya, dan semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." Di dunia yang semakin kompleks dan semakin meningkat ini, ketika kita mengarahkan pandangan kita kepada Yesus, sang pencipta dan penyempurna iman kita, kiranya Dia memberi kita kekuatan untuk memelihara apa yang Dia sendiri nyatakan sebagai kunci dasar kekristenan: Mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama. Ketika kita sebagai gereja melakukannya, maka kita sebagai perpanjangan tangan menyediakan penghalang yang paling penting untuk potensi, tetapi menarik, dampak buruk dari teknologi baru yang dapat ditemukan dalam AI. Saat kita melangkah di tahun 2020-an, mengasihi Tuhan dan orang lain seperti yang diperintahkan Yesus, sambil mengasihi diri kita sendiri, akan menjadi lebih relevan dan lebih penting dari sebelumnya. (t/Yosefin).
Diambil dari: | ||
Nama situs | : | AI and Faith |
Alamat artikel | : | https://aiandfaith.org/christians-in-ai/ |
Judul asli artikel | : | Christians in AI |
Penulis artikel | : | Christina Li |