AI dan …

AI & STUDI ALKITAB

Quotes oleh: Chika

AI & SEKOLAH MINGGU

Quotes oleh: Chika
Quotes oleh: Adi Sutrisno
Quotes oleh: Adi Sutrisno

Audio Spectrum oleh: Bima

AI & GEREJA

Power Point oleh: Davida Dana
Audio Spectrum oleh: Bima
Reels oleh: Romauli

Quotes oleh: Chika
Infografis oleh: Romauli

FAQ oleh: Abigail

FAQ AI dan Gereja

  1. Apa yang dimaksud dengan “AI untuk gereja”?
    AI untuk gereja merujuk pada penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI) dalam konteks gereja, yang dapat meliputi berbagai aplikasi dan solusi teknologi untuk membantu gereja dan jemaat.
  2. Apa tanggapan umum gereja terhadap penggunaan AI?
    Banyak gereja dan jemaat mungkin memiliki reaksi negatif atau ragu-ragu terhadap penggunaan AI dalam lingkungan gereja.
  3. Apa yang menyebabkan gereja memberikan reaksi negatif/ragu-ragu bahkan menolak penggunaan AI?
    Karena adanya anggapan dalam beberapa orang Kristen bahwa AI merupakan antikristus atau awal dari hari-hari akhir, serta ketakutan bahwa AI dapat menyebabkan perubahan mendasar dalam hubungan antara manusia dan teknologi, dimana manusia menjadi semakin bergantung pada teknologi dan mulai kehilangan hubungan dengan sesama manusia bahkan dengan Tuhan.
  4. Bagaimana seharusnya gereja dan jemaat menghadapi isu-isu ketakutan terkait AI?
    Gereja dan jemaat sebaiknya tidak menolak AI secara langsung atau mengadopsinya secara sepenuhnya. Mereka perlu menggali lebih dalam dan memahami bagaimana AI dapat memecahkan permasalahan dan memenuhi kebutuhan dalam konteks gereja
  5. Apa yang harus menjadi fokus ketika membahas AI untuk gereja?
    Fokus harus diberikan pada kebutuhan dan permasalahan yang dapat diatasi dengan AI dalam konteks gereja. Masing-masing gereja dan jemaat perlu merenungkan cara AI dapat bermanfaat bagi mereka.
  6. Bagaimana SABDA menolong gereja menghadapi ketakutan terhadap AI?
    SABDA berupaya memberikan pencerahan, memberikan prototipe terkait penggunaa, dan membantu gereja dan jemaat untuk memahami potensi teknologi AI dalam konteks keagamaan.
  7. Apa saja yang perlu diperhatikan ketika menggunakan AI?
    Ada 3 hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan AI, yaitu :
    a. AI harus dipakai dengan Cara yang benar
    b. AI harus digunakan dengan Motivasi yang benar
    c. AI harus digunakan untuk Tujuan yang benar
  8. Apa pentingya motivasi dan tujuan yang benar dalam menggunakan AI?
    Sangat menentukan hasil yang kita dapatkan. Jika motivasi dan tujuan kita salah, maka hasilnya akan merusak karakter dan integritas kita dan sesama.
  9. Apa saja yang bisa dikerjakan AI untuk gereja secara praktis?
    Hal yang bisa dilakukan adalah:
    a. Penyambutan dan check-in otomatis untuk pengunjung
    b. Chatbots untuk menjawab pertanyaan umum tentang gereja
    c. Rekomendasi konten yang ditargetkan berdasarkan demografi
  10. Apa saja penerapan lanjutan dari penggunaan AI untuk gereja?
    Penerapan lanjutan yang bisa dilakukan:
    a. Analisis sentiment khotbah dan studi Alkitab
    b. Terjemahan otomatis materi ke Bahasa lain
    c. Transkripsi gambar dan audio untuk aksesibilitas
    d. Menyediakan terjemahan bahasa isyarat menggunakan teknologi avatar
  11. Bagaimana penggunaan AI secara spesifik dalam gereja?
    Penggunaan AI secara spesifik dalam gereja harus melihat fungsi dasar dari gereja itu sendiri. Fungsi dasar gereja dapat dirumuskan dalam 4 huruf , W I F E, yang juga secara tidak langsung menjadi pengertian dari Gereja yaitu sebagai mempelai Kristus (bride of Christ = Wife). W : Word/Worship (fungsi gereja untuk memberitakan Firman Tuhan dan memuji Tuhan; I : Instruction (fungsi gereja dalam mendidik, seperti sekolah minggu, kelompok PA; F : Fellowship ( fungsi gereja sebagai Persekutuan); E : Evangelism (fungsi gereja untuk pelayanan misi). Dari masing-masing fungsi ini, kita dapat merumuskan apa saja yang dapat digunakan dengan AI.
  12. Apakah yang perlu dipersiapkan oleh gereja untuk menghadapi AI?
    Yang perlu diperhatikan oleh gereja sebenarnya bukanlah segala peralatan dan infrastruktur yang canggih agar siap menghadapi AI, tetapi bagaimana gereja mempersiapkan diri dengan segala perubahan yang ada dalam jemaat. Tidak masalah jika gereja belum terlibat dalam penggunaan AI, asalkan gereja bisa tetap menjalankan fungsinya sebagai gereja dengan baik dan benar.
  13. Apakah AI dapat menolong gereja?
    AI hanya dapat menolong gereja, apabila gereja sudah membuka hati dan pikiran, serta memperlengkapi diri dengan pengetahuan mengenai AI. sehingga gereja dapat merumuskan apa saja pelayanan gereja yang dapat dibantu dengan AI. Sebaliknya jika kita sudah terlebih dahulu menolak kehadiran AI dan pengaruhnya, maka AI tidak bisa menolong gereja.

What AI?

Mengenal apa itu AI dan manfaatnya bagi kehidupan sehari-hari.

“Apa itu Prompt?”(Cut Video oleh Rei)

Pertanyaan Umum (FAQ) mengenai Penggunaan Prompt dalam Interaksi dengan AI
oleh Abigail Bakulla

  1. Bagaimana cara berkomunikasi dengan AI?
    Jawaban: Komunikasi dengan AI dapat kita lakukan selayaknya kita “ngobrol”
    dengan rekan kita. Agar kita dapat “ngobrol” dengan AI, kita harus melakukan
    dengan “Prompt”. Ini khususnya juga untuk AI berbasis percakapan menggunakan chat, contohnya : ChatGPT, Preplexity, Bard, dan lain-lain.
  2. Apa itu prompt dalam konteks AI?
    Jawaban: Prompt adalah permintaan yang direncanakan dan memiliki struktur untuk mengarahkan AI dalam memberikan respons yang diinginkan.
  3. Apa yang perlu diperhatikan dalam membuat prompt?
    Jawaban: Penting untuk memiliki rencana yang fokus dan spesifik dalam membuat permintaan kepada AI menggunakan prompt.
  4. Apakah Prompt bisa digunakan dalam bahasa selain bahasa Inggris?
    Jawaban : Ya, Prompt dapat digunakan dalam berbagai bahasa, tetapi perlu diingat bahwa hasil yang digunakan akan berbeda tergantung dari banyaknya dukungan data dari bahasa yang digunakan.
  5. Apa kunci sukses dalam menggunakan prompt?
    Jawaban: FOKUS (Focus, Objective, Konteks, User/Usage, Specialty, Spesific, & Style, adalah kunci sukses dalam membuat prompt yang baik.
  6. Mengapa objektif dalam prompt penting?
    Jawaban: Objektif dalam prompt adalah tujuan atau hasil yang ingin Anda capai
    dengan interaksi AI. Menentukan objektif dengan jelas membantu AI memberikan respons yang sesuai dengan keinginan Anda.
  7. Bagaimana cara membuat prompt yang efektif?
    Jawaban: Untuk membuat prompt yang efektif, perhatikanlah hal-hal seperti format, objektif, konteks, user/ usage dan spesifik/style
  8. Bagaimana cara memperbaiki prompt?
    Jawaban: Untuk memperbaiki prompt, buatlah permintaan yang lebih spesifik,
    gambarkan konteks dengan jelas, tentukan objektif, pertimbangkan siapa yang akan menggunakannya, dan perhatikan format.
  9. Apa tantangan utama dalam menggunakan ChatGPT dan AI lainnya yang
    berbasis percakapan menggunakan chat?

    Jawaban: Tantangan utama dalam menggunakan ChatGPT adalah membuat prompt yang jelas dan spesifik untuk mendapatkan respons yang diinginkan.
  10. Bagaimana mengatasi tantangan dalam membuat prompt yang jelas dan
    spesifik?

    Jawaban: Tantangan dalam membuat prompt yang jelas dan spesifik dapat diatasi dengan berlatih dan merinci permintaan Anda. Memikirkan secara cermat tentang apa yang Anda inginkan dari AI adalah langkah awal yang baik.
  11. Apakah jawaban AI terhadap prompt yang diberikan selalu benar?
    Jawaban : Tidak selalu. AI berusaha memberikan respon yang sesuai dengan prompt yang diberikan, tetapi responsnya tergantung pada pengetahuan yang dimiliki oleh model AI saat itu.

Prompt dan KegunaannyaSpectrum oleh Bima
Pahami AI dan Gunakan dengan BijakSpectrum oleh Bima
Kunci Merancang Prompt Dalam AISpectrum oleh Bima

Basic PromptingCarousels oleh Nikos

Tantangan dan Peluang Pemanfaatan AI dalam Pelayanan Gereja

Artificial Intelligence (AI) tengah mengalami perkembangan pesat dan mengubah berbagai aspek kehidupan manusia. Gereja pun tidak luput dari dampak kemajuan teknologi ini. Tulisan ini akan membahas beberapa tantangan dan peluang pemanfaatan AI dalam konteks pelayanan gereja masa kini.

Definisi dan Perkembangan AI

Sebelum membahas lebih jauh, perlu dipahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan AI. AI atau kecerdasan buatan adalah kemampuan mesin untuk meniru kecerdasan manusia dalam melakukan berbagai tugas seperti penalaran, pembelajaran, dan pemecahan masalah. AI sudah dikembangkan sejak tahun 1950-an, tetapi baru mengalami percepatan dalam beberapa tahun terakhir.

Beberapa contoh aplikasi AI yang sudah familiar bagi masyarakat luas antara lain pengenalan wajah, asisten virtual seperti Siri, algoritma rekomendasi konten di media sosial. Kemampuan AI terus disempurnakan dengan teknik pembelajaran mesin (machine learning) yang memungkinkan sistem semakin ‘pintar’ dalam mengenali pola dan membuat keputusan mandiri.

Tantangan Pemanfaatan AI dalam Pelayanan Gereja

Meski menjanjikan banyak kemudahan, penerapan AI dalam konteks gereja tidaklah tanpa tantangan. Salah satu yang paling mendasar adalah AI belum sepenuhnya mampu meniru dimensi spiritual dan relasional dalam pelayanan. Sebagaimana diketahui, inti pelayanan gereja adalah hubungan pribadi antara manusia dengan Allah dan sesama. Hal ini sulit direplikasi oleh mesin. AI mungkin bisa membantu otomatisasi proses administrasi gereja, tapi belum mampu memberi sentuhan personal layaknya seorang gembala kepada domba-dombanya.
Tantangan lainnya adalah risiko disinformasi dan penyalahgunaan teknologi. AI seperti chatbot kadang dapat memberi jawaban salah tentang firman Tuhan jika tidak didesain dengan hati-hati. Selain itu, ada kekhawatiran AI disalahgunakan untuk propaganda atau memperdalam kesenjangan sosial.

Oleh karena itu, sikap bijak sangat dibutuhkan gereja dalam menyikapi AI. Jangan sampai terjebak euforia yang berlebihan, tetapi juga jangan menolak mentah-mentah. Posisi yang ideal adalah memahami, baik kemampuan maupun keterbatasan AI, lalu memanfaatkannya dengan cara yang bertanggung jawab sesuai nilai-nilai kristiani dan kebenaran firman Tuhan.

Peluang-Peluang Pemanfaatan AI dalam Gereja

Meski penuh tantangan, sejatinya AI menyimpan peluang besar untuk memajukan pelayanan gereja jika dilakukan dengan bijaksana. Berikut beberapa potensi positifnya:

1. AI dapat mempersonalisasi pengalaman jemaat dan calon jemaat. Misalnya, chatbot yang ramah dan interaktif bisa memberi kesan positif bagi jemaat baru. Profil dan minat jemaat juga bisa dianalisis AI untuk memberikan konten khotbah dan renungan yang relevan bagi masing-masing orang.

2. AI mampu menganalisis data umpan balik dari jemaat secara masif dan cepat. Saat khotbah streaming misalnya, ribuan komentar bisa dikelola AI untuk memberi wawasan bagi pendeta tentang topik yang perlu didalami lebih lanjut. Survei juga bisa dilakukan secara reguler dan terotomatisasi.

3. Jangkauan pelayanan bisa diperluas dengan terjemahan otomatis konten ke beragam bahasa daerah maupun asing. Transkrip otomatis juga memungkinkan inklusi jemaat tunarungu.

4. AI dapat mengotomatisasi tugas administrasi yang rutin seperti penjadwalan rapat dan permintaan cuti sehingga tenaga pelayan lebih fokus pada hal-hal spiritual.

5. Teknologi AI mampu membantu penyebaran Injil ke ‘dunia digital’, misalnya melalui rekomendasi konten injil di media sosial atau kolaborasi dengan influencer.

Beberapa contoh di atas tentu saja bukan tanpa kekurangan. Namun, jika diterapkan secara bijak dan bertanggung jawab, AI berpotensi menjadi mitra yang sangat berharga dalam memajukan pelayanan gereja masa kini dan masa depan.

Kesimpulan

Demikian pembahasan mengenai tantangan dan peluang pemanfaatan AI dalam konteks pelayanan gereja. Sikap bijak sangat diperlukan, dengan memahami baik kemampuan maupun keterbatasan teknologi.

Prinsip yang perlu dipegang adalah memanusiakan manusia, bukan sebaliknya. Jadikan AI sebagai alat untuk memberi nilai tambah persekutuan dan pertumbuhan iman, bukan untuk menggantikan sentuhan manusiawi di dalamnya. Dengan pendekatan seperti ini, AI dapat menjadi mitra pelayanan yang sangat bermanfaat bagi gereja masa kini dan masa depan dalam menjangkau jiwa dan memuliakan Kristus.

Apakah AI Akan Menggantikan Manusia?

Bagaimana Sebenarnya Orang Mengenal AI?

Dalam perjalanan sejarahnya, konsep AI telah diperkenalkan kepada masyarakat melalui berbagai bentuk media, terutama film-film populer. Sejak tahun 2001, istilah AI mulai mencuat ke permukaan, ditandai dengan film-film seperti I-Robot dan Ex Machina pada tahun 2014. Sebagian orang menggunakan film-film ini sebagai sarana untuk memperkenalkan konsep AI kepada publik. Namun, dampaknya tidak hanya sebatas pemahaman semata, melainkan film-film ini juga memberikan gambaran dan imajinasi yang mendalam tentang bagaimana AI seharusnya terlihat dan berperilaku.

Namun, pertanyaan yang muncul adalah apakah film-film ini sebenarnya telah menjadi katalisator untuk memahami AI secara lebih mendalam? Atau sebaliknya, apakah ketakutan dan representasi AI yang menakutkan dalam film-film seperti Terminator sejak tahun 1984 telah secara tidak langsung memperkenalkan konsep AI kepada kita sejak lama? Film-film Terminator yang menyuguhkan cerita tentang kekuatan AI yang melampaui kendali manusia, termasuk seri Terminator 1, 2, dan 3, serta produksi terbaru seperti Terminator Dark Faith pada tahun 2019, mungkin telah memberikan pengaruh yang mendalam dalam cara kita memandang AI.

Maka, menjadi penting bagi kita, terutama bagi orang Kristen, untuk benar-benar memahami esensi dari konsep AI dan fungsinya. Pendidikan yang benar dan pemahaman yang mendalam akan memungkinkan kita untuk melihat AI sebagai alat yang dapat membantu dan mendukung kehidupan kita, bukan sebagai ancaman atau entitas yang mengerikan seperti yang sering digambarkan dalam media populer. Dengan pengetahuan yang tepat, kita dapat melihat AI sebagai alat yang dapat membawa dampak positif bagi masyarakat dan dunia, sambil tetap mempertahankan nilai-nilai etika dan moral yang menjadi landasan keyakinan kita.

Kenali Dahulu, Apa Itu AI?

AI (Artificial Intelligence) adalah sebuah disiplin ilmu yang melakukan mimicking terhadap manusia. Dengan kata lain, AI meniru perilaku manusia sehingga terlihat seperti manusia. Inti dari AI sebenarnya tidak perlu ditakutkan atau dirasa was-was. Namun, hampir semua profesi saat ini merasa terancam oleh kemajuan AI, mulai dari dokter, arsitek, pelukis, pemusik, hingga pendeta. Beberapa waktu lalu, bahkan muncul Jesus AI. Hal ini menunjukkan bahwa manusia berusaha menggantikan sesuatu yang sudah ada dengan AI. Mimicking merupakan bagian yang dark side dari AI, tetapi pada saat yang sama, kita juga bisa menggunakannya untuk kepentingan Kerajaan Allah. Namun, untuk menggunakan AI dengan benar, diperlukan pengetahuan awal. Jika AI digunakan dengan salah, maka hasilnya juga akan salah. Seperti pisau, jika digunakan untuk membunuh orang, itu salah. Namun, jika digunakan untuk memotong sayur, itu benar. Oleh karena itu, kemampuan untuk mengolah atau menggunakan AI ini sangat diperlukan. Bagi orang Kristen, pengetahuan tentang AI juga sangat penting untuk diketahui lebih lanjut.

AI untuk Hal Spiritual Itu Menakutkan?

Sebenarnya, menjadi salah satu pemahaman yang keliru adalah ketika banyak orang menganggap bahwa AI hanya sebatas proses cut and paste, dengan mengambil sebagian materi dari berbagai sumber atau memotong potongan yang tepat. Mereka lupa bahwa di balik proses tersebut terdapat mesin pembelajaran, dan di balik itu pula terdapat model bahasa yang luas. Benar, di balik itu ada kecerdasan.

Kita dapat mengatakan bahwa seekor anjing memiliki kecerdasan untuk memburu seekor tikus, dan sekitar hal itu, ada jenis kecerdasan yang lain. Kita juga dapat mengatakan bahwa burung memiliki kecerdasan saat sedang terbang, yang memungkinkannya untuk naik turun dan merasakan arah angin yang mungkin tidak kita sadari. Kita juga dapat mengatakan bahwa mesin memiliki kecerdasan saat digunakan untuk akuntansi, mampu melakukan perhitungan dengan cepat. Kita bisa mengatakan bahwa banyak hal memiliki kecerdasan yang diciptakan oleh manusia, tetapi ketika membicarakan kecerdasan umum, ketika membicarakan KECERDASAN UNTUK HAL-HAL SPIRITUAL, hal itu menjadi MENAKUTKAN!

Hingga sejauh mana dan apa keterbatasan dari kecerdasan tersebut? Mengapa orang bereaksi dengan takut ketika ada mesin yang lebih kuat: “Hebat sekali, lebih cepat, lebih efisien,” sembari mencoba mendapatkan yang lebih baik lagi, entah itu mobil Porsche atau kendaraan yang lebih hebat. Namun, mereka merasa bangga ketika ada mesin yang mampu melampaui diri mereka sendiri. Tidak masalah, menggunakan ekskavator, menggunakan pesawat dengan kecepatan kuda, mereka merasa bahwa segalanya mungkin. Namun, ketika mereka mulai mendekati kecerdasan manusia, dan kecerdasan itu bukan hanya milik manusia, timbul reaksi dan ketakutan. Mesin yang cerdas, dan kecerdasan buatan, apakah hal itu berarti tidak ada moral, tidak ada empati, dan semua hal di baliknya terasa menakutkan?

AI untuk MENOLONG MANUSIA!

Secara mendasar, Artificial Intelligence (AI) merupakan sebuah model bahasa pembelajaran mesin yang memungkinkan interaksi dua arah antara pengguna dan sistem, seperti yang diwujudkan dalam aplikasi seperti ChatGPT. Dalam konteks ini, pengguna dapat mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat, atau meminta informasi tertentu, dan sistem akan memberikan tanggapan berupa opini, fakta, atau kebenaran sesuai dengan pertanyaan atau perintah yang diberikan. Namun, dalam konteks pengembangan Artificial Intelligence (AI), kualitas input akan menentukan kualitas output yang dihasilkan. Dengan demikian, desain perintah yang diberikan kepada AI menjadi krusial dalam menghasilkan keluaran yang optimal.

Dalam konteks ini, SABDA, misalnya, telah mengumpulkan jutaan sumber bermanfaat yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan studi dan persiapan pelayanan. Upaya mengoptimalkan kualitas database menjadi langkah penting yang ditekankan, sesuai dengan arahan Elon Musk yang menekankan perlunya keberadaan AI yang dapat diandalkan dan jujur.

Dalam era teknologi informasi saat ini, selain mesin pencari Google, tersedia beragam alat AI lainnya yang dapat digunakan. Sekitar 1.200 alat AI telah hadir dalam kurun waktu sekitar enam bulan terakhir, memberikan beragam opsi bagi pengguna dalam memilih alat yang paling sesuai dengan kebutuhan. Namun, dalam penggunaannya, penting bagi kita untuk bijak dalam memilih alat yang sesuai, terutama dalam konteks pencarian kebenaran dan kebutuhan pertumbuhan iman. Maka, penting untuk menentukan dengan cermat alat mana yang akan mendekatkan kita pada tujuan spiritual dan nilai-nilai kerajaan surga yang kita anut. Dengan memanfaatkan teknologi dengan bijaksana, kita dapat mendekatkan diri pada tujuan spiritual yang lebih besar.

Jadi, Apakah AI Akan Menggantikan Manusia?

Dalam konteks perubahan yang diindikasikan oleh perkembangan Artificial Intelligence (AI), perhatian terhadap respons audiens menjadi krusial. Apakah kehadiran teknologi ini akan menggantikan peran manusia sepenuhnya, merupakan pertanyaan yang akan terjawab seiring waktu berjalan dan bergantung pada bagaimana individu-individu yang merasa terancam ini bereaksi. Dampaknya tidak hanya terasa di kalangan bisnis, melainkan juga mencakup beragam profesi yang kini merasakan ketakutan dan kecemasan dalam menghadapi perubahan ini.

Dalam menghadapi situasi ini, penting bagi individu untuk menjaga kewaspadaan. Perlu diingat bahwa kemajuan AI tidaklah statis, melainkan juga memiliki kemampuan untuk belajar dan beradaptasi. Kehadiran teknologi ini dapat memiliki implikasi yang kompleks, bahkan memungkinkan adanya upaya untuk menjauhkan manusia dari nilai-nilai spiritual yang diyakini. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang esensi AI menjadi kunci dalam menghadapi tantangan ini. Dengan pemahaman yang tepat, kita dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menjaga keseimbangan antara kemajuan teknologi dan nilai-nilai spiritual yang menjadi landasan kepercayaan kita.

AI-4-GOD! AI untuk KEMULIAAN TUHAN!

Sebagai orang percaya, perkembangan teknologi apa pun, termasuk AI kita dasarkan sesuai dengan prinsip-prinsip yang terkandung dalam nilai-nilai Kerajaan Allah. Sikap yang terbuka dan berpikiran luas menjadi kunci agar kita tidak terpinggirkan dari perkembangan dunia yang terus bergerak maju. Walaupun ada ketidaksukaan terhadap kehadiran AI, kenyataannya teknologi ini akan tetap hadir dan terus berkembang. Oleh karena itu, keputusan untuk memanfaatkannya atau tidak tetap harus kita kembalikan untuk digunakan bagi Kerajaan Allah.

Seperti yang diungkapkan sebelumnya, penggunaan teknologi, termasuk AI, memiliki dampak yang signifikan terhadap kehidupan sehari-hari. Penggunaan ponsel pintar (HP), misalnya, sekadar alat komunikasi, tetapi juga dapat digunakan untuk berbagai kegiatan, baik yang membawa manfaat maupun yang merugikan. Oleh karena itu, sebagai individu yang berlandaskan nilai-nilai Firman Tuhan, penting bagi kita untuk menggunakan teknologi dengan bijaksana, menjadikannya alat untuk kemuliaan Tuhan!

[Nantikan Artikel selanjutnya tentang AI-4-GOD!]