Sebagai Orang Kristen, Saya Masuk ke Dalam Lubang Kelinci AI. Inilah 12 Hal yang Saya Pelajari

Dalam beberapa tahun, Cyberdyne Systems akan menciptakan sistem pertahanan yang revolusioner.

Namanya Skynet.

Sebuah program komputer yang secara otomatis mengendalikan pertahanan Amerika Serikat. Sistem ini mulai beroperasi pada tanggal 4 Agustus… Keputusan manusia dihilangkan dari pertahanan strategis. Skynet mulai belajar dengan kecepatan geometris. Ia bangun pada pukul 2:14 pagi waktu Timur, 29 Agustus. Dalam kepanikan, pemerintah AS mencoba mencabutnya. Namun, Skynet melawan.

Itu adalah kata-kata yang menghantui dari karakter robot Terminator T-800 yang diperankan Arnold Schwarzenegger dalam film Terminator 2. Skynet adalah Kecerdasan Buatan (AI) milik militer AS yang menyadarkan para pembuatnya, menghancurkan, dan memperbudak manusia.

Skynet adalah lambang mimpi buruk tentang AI.

Meskipun Kecerdasan Buatan setingkat Skynet belum akan segera hadir, banyak yang membunyikan alarm tentang bahaya AI yang tidak diatur dengan munculnya ChatGPT. Selain itu, penyebaran AI ke dalam kehidupan sehari-hari menimbulkan pertanyaan tentang artinya bagi kita sebagai individu, keluarga, sekolah, tempat kerja, dan masyarakat luas. Bagaimana AI akan berdampak pada kita? Akankah suatu hari nanti kita menghadapi momen ‘Skynet’, seperti dalam film Terminator?

Selama beberapa minggu terakhir, saya telah menyelami lebih dalam tentang AI, mendengarkan podcast, membaca buku, mengikuti kursus, dan mengujinya sendiri. Menurut saya, ini merupakan perjalanan emosi yang penuh dengan roller coaster, mulai dari rasa takut akan cara AI ini pada akhirnya akan mengambil alih pekerjaan kita dan bahkan mungkin kebebasan kita, hingga optimisme akan hal yang dapat dilakukan oleh AI untuk kita.

Berikut adalah 12 hal yang saya temukan:

1. AI seperti Energi Nuklir: Menjanjikan Sekaligus Berbahaya

Pendiri Microsoft, Bill Gates, mengatakan bahwa kekuatan kecerdasan buatan “sangat luar biasa, ini akan mengubah masyarakat dengan cara yang sangat dalam… Dunia belum pernah memiliki banyak teknologi yang menjanjikan sekaligus berbahaya—kita pernah memiliki energi nuklir dan senjata nuklir”.

2. Perubahan Teknologi Tidak Bersifat Aditif; Perubahan Teknologi Bersifat Transformatif

Ketika sebuah teknologi baru muncul—terutama yang sekuat AI—tidak hanya menambahkan dirinya sendiri pada teknologi yang sudah ada dan kita gunakan: teknologi ini sering kali mengubahnya, mengubah masyarakat kita.

Pikirkan bagaimana iPod merevolusi industri musik: kita tidak lagi membeli CD (apalagi kaset). Sebagai gantinya, kita mengunduh musik secara langsung. Kita bisa mengatakan hal yang sama tentang mobil (kuda, siapa saja?), televisi, mesin cetak, internet, dan hampir semua teknologi baru.

Dengan cara yang sama, AI tidak hanya akan berada di samping teknologi dan cara-cara lama kita dalam melakukan berbagai hal: AI mungkin akan menggantikan sebagian besar teknologi tersebut dan mengubah cara hidup kita.

3. Pandangan Kristen tentang Kemanusiaan Akan Berdampak pada Cara Kita Menggunakan AI dan Teknologi Baru

Dalam pandangan Alkitab tentang realitas, manusia bukan seperti mesin yang dapat kita buang ketika mesin yang lebih baik datang. Kita perlu peduli terhadap sesama kita, yang diciptakan menurut gambar Allah dan yang akan terdampak oleh perubahan teknologi.

Kasih kepada sesama seharusnya menuntun orang Kristen untuk melihat dan memengaruhi pengembangan dan penggunaan teknologi, bukan sekadar mengikuti narasi bahwa perubahan teknologi tidak dapat dihindari, suka atau tidak suka.

4. AI Tidak Netral secara Etika, tetapi Dilengkapi dengan Etika Perancangnya

AI digunakan dalam berbagai macam aplikasi yang memiliki implikasi etis: mulai dari perekrutan pekerjaan hingga memprediksi kemungkinan seorang kriminal akan mengulangi perbuatannya. Kekhawatiran telah muncul mengenai bias ras dan gender dalam program-program ini.[1]

Seperti yang ditunjukkan oleh penulis Kristen John Lennox, “Jika para pemrogram etis [AI] diinformasikan oleh etika relativistik atau bias, hal yang sama akan tercermin dalam produk mereka.”[2]

Inilah sebabnya orang Kristen harus mencoba untuk duduk di meja desain AI, terutama untuk produk AI yang memiliki kegunaan etis.

5. AI Dapat dan Akan Menyebabkan Dislokasi Sebelum Sampai ke Skynet (Jika Memang Terjadi)

Beberapa penulis berpikir bahwa AI akan mengubah masyarakat sehingga manusia akan berubah menjadi cyborg hibrida manusia—mesin atau ditinggalkan di tumpukan sampah sejarah. Yang lain berpendapat bahwa AI pada akhirnya akan berkembang menjadi jenis kecerdasan super, seperti yang kita lihat di film Terminator yang memperbudak atau menghancurkan kita. Itu adalah prediksi yang mengerikan, tetapi masih jauh dari kenyataan (jika mungkin).

Namun, perubahan telah terjadi dengan cara yang tidak terlalu mengerikan dan mengejutkan kita. Otomatisasi pabrik. Situs web perjalanan dan perangkat lunak keuangan yang telah menyebabkan gangguan besar-besaran di antara agen perjalanan dan pialang saham. Dan, tentu saja, Facebook dan algoritmanya berdampak pada masyarakat dengan berbagai cara yang tidak diinginkan.

Otomatisasi berskala lebih kecil ini mungkin tidak akan menyebabkan bencana berskala Terminator global, tetapi dampaknya terhadap manusia—bahkan mungkin terhadap kita—adalah nyata.

Inilah sebabnya penulis Yuval Harari, Tristan Harris, dan Aza Raskin menulis di New York Times baru-baru ini:

Perusahaan obat tidak dapat menjual obat-obatan baru kepada masyarakat tanpa terlebih dahulu melakukan pemeriksaan keamanan yang ketat. Laboratorium bioteknologi tidak dapat melepaskan virus baru ke ruang publik untuk membuat para pemegang saham terkesan dengan kehebatan mereka.

Demikian juga, sistem A.I. dengan kekuatan GPT-4 dan seterusnya tidak boleh terjerat dengan kehidupan miliaran orang dengan kecepatan yang lebih cepat daripada yang dapat diserap oleh budaya dengan aman. Perlombaan untuk mendominasi pasar seharusnya tidak menentukan kecepatan penerapan teknologi yang paling penting bagi umat manusia. Kita harus bergerak dengan kecepatan apa pun yang memungkinkan kita untuk melakukan hal ini dengan benar.

6. Meskipun Teknologi Baru Dapat dan Memang Membawa Hal-Hal Baik, Seringkali Ada Periode Dislokasi Sebelum Manfaatnya Menjadi Nyata

Kita mungkin berpikir: “Apa yang dikhawatirkan dari revolusi AI? Kita sudah pernah mengalami revolusi industri sebelumnya dan selalu keluar dengan baik-baik saja.”

Ya, kita mungkin baik-baik saja sekarang, tetapi ada dislokasi besar-besaran bagi ratusan ribu orang ketika revolusi industri dimulai. Butuh beberapa waktu (puluhan tahun dalam banyak kasus) sebelum keuntungan teknologi dibagikan kepada masyarakat luas.

7. AI Membawa Perubahan, tetapi Perubahan Tidak Akan Terjadi secara Linier; Ada Periode Perubahan Lambat dan Periode Perubahan Cepat

Vladimir Lenin, revolusioner Rusia dan pemimpin Partai Bolshevik, pernah berkata: “Ada beberapa dekade di mana tidak ada yang terjadi; dan ada beberapa minggu di mana beberapa dekade terjadi.”

Kita baru saja memasuki periode dalam pengembangan AI di beberapa dekade terakhir, dengan dirilisnya ChatGPT dan sejumlah besar perangkat lunak AI lainnya yang menyapu pasar. Beberapa bulan dan tahun ke depan mungkin akan melihat perubahan yang cepat dalam cara masyarakat menyesuaikan diri dengan AI.

8. Penciptaan AI Didorong oleh Insentif Keuntungan Lebih dari Insentif Berbuat Baik

Kolumnis Teknologi NYT, Kevin Roose, menulis tentang pengalamannya menghadiri konferensi teknologi, di mana para eksekutif teknologi dengan mata berbinar berbicara tentang cara teknologi AI mereka akan meningkatkan masyarakat. Namun, ketika berbicara dengan para eksekutif yang sama, ia menyadari bahwa banyak dari mereka yang didorong oleh keuntungan semata. Yang mana, dalam banyak kasus, mereka menjual perangkat lunak AI mereka ke perusahaan yang kemudian akan menyingkirkan pekerja manusia mereka demi otomatisasi (untuk menghemat biaya).

Hal ini membuat desain dan penggunaan AI menjadi tidak tepat dan dapat menimbulkan masalah, seperti yang telah kita lihat pada program media sosial seperti Facebook yang membuat masyarakat menjadi lebih terpolarisasi.

Demikian pula, Elon Musk dan yang lainnya telah menandatangani surat terbuka yang meminta para pengembang AI untuk menghentikan pengembangan AI selama 6 bulan (khususnya tentang GPT-4) sampai kerangka kerja etis dan hukum dapat diimplementasikan untuk memandu pengembangannya. Namun, dengan miliaran dolar yang dipertaruhkan, seberapa besar kemungkinan perusahaan dan investor tersebut memperhatikannya?

9. Pertanyaan Besar Bagi Kita sebagai Individu, Penyedia Kerja, Keluarga, dan Sebagai Masyarakat Adalah: Bagaimana Kita Dapat Menggunakan AI Ketimbang Digunakan oleh AI?

Kecerdasan buatan akan terus ada. Namun, kita semua memiliki beberapa pilihan tentang cara menggunakannya. Oleh karena itu, pertanyaan besar yang perlu kita tanyakan adalah: bagaimana kita dapat menggunakan AI untuk kebaikan, bukannya digunakan dan disalahgunakan oleh AI?

10. ‘Melihat Adalah Percaya’ Tidak Lagi Cukup di Dunia yang Digerakkan oleh AI dan Sangat Palsu; Kalibrasi Ulang Ekspektasi Kita Akan Diperlukan

Dengan AI yang semakin pandai dalam menghasilkan artikel, gambar, dan bahkan video berita palsu, kita semua harus mengkalibrasi ulang cara kita melihat berita online. Meskipun berita palsu dan bot Rusia telah menjadi berita utama, kami belum melihat apa pun terkait disinformasi.

11. Jalan ke Depan Bukan untuk Bersaing dengan Mesin, tetapi Menjadi Lebih Manusiawi

Penulis Kevin Roose, dalam bukunya Futureproof: 9 Aturan untuk Manusia di Era Otomasi, berpendapat bahwa cara kita mempersiapkan manusia untuk menghadapi dunia yang dipenuhi oleh AI adalah salah. Saat ini, filosofinya adalah menjadi lebih seperti mesin dengan mempelajari kode, mengoptimalkan waktu kita, dan fokus pada mata pelajaran STEM.

Roose berpendapat bahwa kita perlu menjadi lebih manusiawi daripada menjadi lebih seperti mesin. Kita harus fokus pada apa yang dapat dilakukan manusia yang tidak dapat dilakukan oleh AI (setidaknya belum!). Hal ini termasuk memberikan sentuhan manusia dalam profesi seperti mengajar, perawat, pendeta, dan pramugari. Atau, berfokus pada pekerjaan dengan perubahan dan kejutan yang konstan (seperti mengajar anak-anak TK!), yang tidak dapat ditangani oleh AI.

12. Ketika Ada Teknologi Baru, Kita Akan Memiliki Dampak yang Lebih Signifikan untuk Kebaikan jika Kita Terlibat dan Membantu Membentuk Penggunaannya daripada Mengabaikannya

Dalam menghadapi perubahan yang membutakan dan tidak pasti ini, kita mungkin tergoda untuk menyerah dan menjadi seperti suku Amish, meninggalkan teknologi AI.

Akan tetapi, kita dapat memberikan dampak yang lebih signifikan untuk kebaikan jika kita mengembangkan kearifan digital melalui cara kita menggunakan teknologi dan membantu membentuk penggunaannya di kehidupan kita, keluarga, tempat kerja, dan masyarakat. (t/Jing-jing)


Diambil dari:
Nama situs: The Gospel Coalition
Alamat artikel: https://au.thegospelcoalition.org/article/as-a-christian-i-went-down-the-ai-rabbit-hole-here-are-12-things-i-discovered/
Judul asli artikel: As a Christian, I Went Down the AI Rabbit Hole. Here Are 12 Things I Discovered
Penulis artikel: AKOS BALOGH