Saat ini, kecerdasan buatan berperan sangat penting pada berbagai industri, termasuk perawatan kesehatan, ritel, manufaktur, bahkan pemerintahan.
Namun, ada tantangan etika dengan AI, dan seperti biasa, kita harus tetap waspada terhadap masalah ini untuk memastikan bahwa kecerdasan buatan tidak membawa dampak yang merugikan dibandingkan keuntungannya.
Berikut adalah beberapa tantangan etika terbesar dari kecerdasan buatan.
Bias
Kita membutuhkan data untuk melatih algoritma kecerdasan buatan kita, dan kita perlu melakukan semua yang kita bisa untuk menghilangkan bias dalam data tersebut.
Basis data ImageNet, misalnya, memiliki lebih banyak wajah ras berkulit putih daripada wajah ras non-kulit putih. Saat kita melatih algoritma AI untuk mengenali fitur wajah dengan menggunakan database yang tidak menyertakan keseimbangan wajah yang tepat, algoritma tersebut tidak akan bekerja dengan baik pada wajah yang tidak berkulit putih, menciptakan bias bawaan yang dapat berdampak besar.
Saya percaya, penting bagi kita untuk menghilangkan sebanyak mungkin bias saat kita melatih AI, alih-alih mengangkat bahu dan berasumsi bahwa kita melatih AI untuk mencerminkan masyarakat kita secara akurat. Pekerjaan itu dimulai dengan menyadari adanya potensi bias dalam solusi AI kita.
Kontrol dan Moralitas AI
Dengan semakin banyaknya penggunaan kecerdasan buatan, kita pun meminta mesin untuk membuat keputusan yang semakin penting.
Misalnya, saat ini ada konvensi internasional yang mengatur penggunaan drone otonom. Jika Anda memiliki drone yang berpotensi menembakkan roket dan membunuh seseorang, perlu ada manusia dalam proses pengambilan keputusan sebelum misil ditembakkan. Sejauh ini, kita telah mengatasi beberapa masalah kontrol kritis AI dengan aturan dan regulasi tambal sulam seperti ini.
Masalahnya, AI semakin harus dapat membuat keputusan dalam sepersekian detik. Misalnya, dalam perdagangan berfrekuensi tinggi, lebih dari 90% dari semua perdagangan keuangan sekarang dijalankan oleh algoritma sehingga tidak ada peluang untuk menempatkan manusia dalam mengendalikan keputusan.
Hal yang sama berlaku untuk mobil otonom. Mereka perlu segera bereaksi jika ada anak yang berlarian di jalan, jadi penting bagi AI untuk mengendalikan situasi. Ini menciptakan tantangan etika yang menarik seputar AI dan kontrol.
Privasi
Privasi (dan persetujuan) untuk menggunakan data telah lama menjadi dilema etika AI. Kita membutuhkan data untuk melatih AI, tetapi dari mana asal data ini, dan bagaimana kita menggunakannya? Terkadang, kita berasumsi bahwa semua data berasal dari orang dewasa dengan kemampuan mental penuh yang dapat membuat pilihan sendiri tentang penggunaan data mereka, tetapi kita tidak selalu memiliki hal yang demikian.
Sebagai contoh, Barbie sekarang memiliki boneka berkemampuan AI yang dapat diajak bicara oleh anak-anak. Apa artinya ini dalam kerangka etika? Terdapat algoritma yang mengumpulkan data dari percakapan anak Anda dengan mainan ini. Ke mana perginya data ini, dan bagaimana data tersebut digunakan?
Seperti yang banyak kita lihat dalam berita akhir-akhir ini, banyak juga perusahaan yang mengumpulkan data dan menjualnya ke perusahaan lain. Apa aturan seputar pengumpulan data semacam ini, dan undang-undang apa yang mungkin perlu diberlakukan untuk melindungi informasi pribadi pengguna?
Keseimbangan Kekuasaan
Perusahaan besar seperti Amazon, Facebook, Google, menggunakan kecerdasan buatan untuk mengalahkan pesaing mereka dan menjadi hampir tak terbendung di pasar. Negara-negara seperti Tiongkok juga memiliki strategi AI yang ambisius yang didukung oleh pemerintah. Presiden Putin dari Rusia berkata, "Siapa pun yang memenangkan perlombaan AI mungkin akan menjadi penguasa dunia."
Bagaimana kita memastikan monopoli yang kita hasilkan mendistribusikan kekayaan secara merata dan bahwa kita tidak memiliki beberapa negara yang berlomba-lomba memimpin atas seluruh dunia? Menyeimbangkan kekuatan adalah tantangan serius di dunia AI.
Kepemilikan
Siapa yang bertanggung jawab atas beberapa hal yang dibuat oleh AI?
Kita sekarang bisa menggunakan kecerdasan buatan untuk membuat teks, bot, atau bahkan video deepfake yang bisa menyesatkan. Siapa yang memiliki materi itu, dan apa yang kita lakukan dengan berita palsu semacam ini jika tersebar di internet?
Kita juga memiliki AI yang dapat menciptakan seni dan musik. Saat AI menulis karya musik baru, siapa yang memilikinya? Siapa yang memiliki hak kekayaan intelektual atas karya-karya tersebut, dan yang berpotensi mendapatkan bayaran untuk itu?
Dampak lingkungan
Terkadang, kita tidak memikirkan dampak lingkungan dari AI. Kita berasumsi bahwa kita menggunakan data di komputer cloud untuk melatih algoritma, lalu data tersebut digunakan untuk menjalankan mesin rekomendasi di situs web kita. Namun, pusat komputer yang menjalankan infrastruktur cloud kita haus akan sumber daya.
Pelatihan AI, misalnya, dapat menghasilkan emisi karbon 17 kali lebih banyak daripada yang digunakan oleh rata-rata orang Amerika dalam waktu sekitar satu tahun.
Bagaimana kita dapat menggunakan energi ini untuk kebaikan tertinggi dan menggunakan AI untuk memecahkan beberapa masalah terbesar dan paling mendesak di dunia? Jika kita hanya menggunakan kecerdasan buatan karena kita bisa, kita mungkin harus mempertimbangkan kembali pilihan kita.
Kemanusiaan
Tantangan terakhir saya adalah "Bagaimana AI membuat kita merasa sebagai manusia?" Kecerdasan buatan kini menjadi begitu cepat, kuat, dan efisien sehingga dapat membuat manusia merasa rendah diri. Masalah ini mungkin menantang kita untuk berpikir tentang apa sebenarnya arti menjadi manusia.
AI juga akan terus mengotomatisasi lebih banyak pekerjaan kita. Apa kontribusi kita, sebagai manusia? Saya tidak berpikir kecerdasan buatan akan menggantikan semua pekerjaan kita, tetapi AI akan membantu melengkapinya. Kita perlu menjadi lebih baik dalam bekerja bersama mesin pintar agar kita dapat mengelola transisi dengan bermartabat dan menghormati manusia dan teknologi.
Ini adalah beberapa tantangan etika utama yang harus kita pikirkan dengan sangat hati-hati terkait AI. (t/N. Risanti)
Diterjemahkan dari:
Nama situs : Bernard Marr.com
Alamat situs : https://bernardmarr.com/the-7-biggest-ethical-challenges-of-artificial-intelligence/
Judul asli artikel : The 7 Biggest Ethical Challenges of Artificial Intelligence
Penulis artikel : Bernard Marr