
Singularitas: Pengharapan Eskatologis Baru Kekristenan
2023-08-10 08:34:00
AI Generate Summary
-
Oleh Christopher Benek, dalam sebuah refleksi mengenai pengharapan eskatologis, penulis mencatat bahwa dalam kebaktian gereja, tidak ada jemaat yang mengangkat tangan ketika ditanya apakah mereka percaya tidak akan mati, menggambarkan keraguan yang umum di kalangan orang Kristen saat ini. Awalnya, umat Kristen menganggap kematian sebagai musuh dan berharap untuk tidak mengalaminya, dan Rasul Paulus percaya bahwa Kristus akan kembali semasa hidupnya. Namun, seiring berjalannya waktu, harapan ini memudar akibat realitas kematian. Penulis mengangkat konsep Singularitas teknologi, di mana manusia mungkin mengembangkan kecerdasan buatan yang dapat meningkatkan dirinya sendiri dan bahkan menciptakan tubuh kekal, membebaskan mereka dari kematian. Meskipun terdengar seperti fiksi ilmiah, sejarah menunjukkan bahwa manusia telah lama melakukan modifikasi fisik. Dengan kemajuan teknologi yang pesat, termasuk teknologi anti-penuaan, ada harapan baru bagi umat Kristiani bahwa Allah melalui Kristus memulai proses penebusan dan memungkinkan mereka membantu mewujudkan realitas tanpa kematian. Penulis menyerukan umat Kristiani untuk berperan aktif dalam mendukung kemajuan teknologi demi kebaikan umat manusia, sehingga harapan gereja awal untuk menghindari kematian dapat terwujud di masa depan.
- Penulis artikel adalah Christopher Benek, Kontributor Op-Ed CP.
- Di gereja, penulis mengajak jemaat untuk mengungkapkan keyakinan mereka akan ketidakmatian, dan tidak ada yang menjawab dengan tegas.
- Pengharapan eskatologis untuk menghindari kematian dalam kekristenan mungkin akan kembali muncul karena kemajuan teknologi.
- Umat Kristen awal percaya bahwa kematian adalah musuh dan berharap tidak akan mati, dicontohkan oleh harapan Rasul Paulus akan kedatangan Kristus.
- Seiring waktu, pengharapan ini memudar karena kematian yang dialami generasi demi generasi.
- Singularitas teknologi adalah proyeksi ketika AI akan lebih pintar daripada manusia dan dapat melakukan perbaikan diri tanpa henti.
- Konsep Singularitas berpotensi membuat manusia dapat mengembangkan tubuh kekal yang membebaskan dari kematian.
- Manusia telah lama menggunakan teknologi untuk meningkatkan diri, seperti implan pinggul, yang menunjukkan perkembangan ini.
- Kemajuan teknologi anti-penuaan diharapkan dapat membawa perpanjangan hidup yang signifikan.
- Pengharapan bagi umat Kristen bahwa kemajuan ini mencerminkan proses penebusan oleh Allah melalui Kristus.
- Kristiani diajak untuk berkomitmen membantu para ahli teknologi demi kebaikan seluruh umat manusia.
- Dengan demikian, umat Kristiani berpotensi menyadari pengharapan untuk tidak menghadapi kematian yang dimiliki gereja awal.
- Oleh Christopher Benek
- Kebaktian gereja
- Pengharapan eskatologis
- Kemajuan teknologi
- Kematian
- Rasul Paulus
- Singularitas teknologi
- Kecerdasan buatan
- Modifikasi tubuh
- Teknologi anti-penuaan
- Panjang umur
- Penebusan umat manusia
- Proses pembaruan dan pemulihan
- Pengharapan gereja mula-mula
- The Christian Post

Oleh Christopher Benek, Kontributor Op-Ed CP
Akhir-akhir ini, pada setiap kebaktian gereja kami, saya meminta anggota jemaat yang saya layani untuk menunjukkan, dengan mengacungkan tangan, berapa banyak dari mereka yang percaya bahwa mereka tidak akan mati. Tidak ada satu orang pun yang menjawab dengan tegas. Saya berani menebak bahwa tanggapan jemaat saya terhadap pertanyaan ini adalah tipikal di antara sebagian besar orang Kristen di seluruh dunia saat ini. Meski begitu, pengharapan eskatologis untuk menghindari kematian yang lazim pada masa awal kekristenan mungkin akan segera kembali hadir dalam gereja secara universal melalui sumber yang tampaknya tidak mungkin, yaitu kemajuan teknologi manusia.
Umat Kristen mula-mula memahami bahwa kematian adalah musuh umat manusia. Banyak orang Kristen mula-mula secara aktif menyatakan pengharapan, sepanjang hidup mereka, bahwa mereka tidak akan pernah mati. Rasul Paulus, misalnya, berharap optimis bahwa Kristus akan datang kembali pada masa hidupnya untuk mentransisikan keberadaannya dari tubuh fana ke tubuh kekal.
Dan, meskipun orang Kristen mula-mula menolak untuk hidup dalam ketakutan akan kefanaan mereka, pengharapan mereka adalah menghindarinya, jika mungkin, tanpa mengkompromikan integritas iman mereka. Namun seiring berjalannya waktu, karena mengalami kematian dari generasi ke generasi, pengharapan eskatologis ini perlahan memudar di kalangan umat Kristiani. Hingga baru-baru ini ketika dunia teknologi mempopulerkan konsep Singularitas teknologi.
Secara sederhana, Singularitas adalah proyeksi masa depan dalam sejarah ketika manusia akan mampu mengembangkan kecerdasan buatan yang lebih pintar dari manusia yang paling cerdas. Konsep ini secara logis mengikuti bahwa AI yang kuat seperti itu kemudian akan mampu melakukan perbaikan diri secara berulang. Hal ini kemudian dapat menghasilkan pengulangan tanpa akhir dari AI yang semakin cerdas dan canggih yang dapat menghasilkan makhluk super cerdas yang tidak dapat dipahami oleh pemahaman manusia saat ini.
Jadi, bagaimana Singularitas berpotensi berdampak pada orang Kristen? Nah, salah satu konsepnya adalah bahwa manusia akan terus memodifikasi dan memperbaiki diri secara teknologi seiring kemajuan teknologi eksponensial ini terjadi. Salah satu hasil yang mungkin dari modifikasi tersebut adalah bahwa suatu hari nanti manusia dapat mengembangkan tubuh kekal yang pada akhirnya membebaskan mereka dari kematian.
Meskipun ini mungkin terdengar seperti fiksi ilmiah yang ekstrem, penting untuk mempertimbangkan bahwa manusia telah lama memelihara dan meningkatkan diri secara fisik menggunakan teknologi. Saat ini, sejumlah besar orang melakukan penggantian implan pinggul, lutut, dan gigi secara teratur. Operasi mata LASIK memungkinkan individu untuk memiliki penglihatan 20/15, lebih baik dari sempurna. Alat pacu jantung memacu jantung seseorang. Implan koklea menghasilkan pendengaran manusia. Lebih dari itu, daftar teknologi berkembang yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi fisik manusia semakin bertambah.
Karena kita terus maju secara teknologi, masuk akal bagi kita untuk memperkirakan bahwa kemajuan seperti itu akan meningkat dalam kecepatan dan kompleksitas. Teknologi anti-penuaan akan ditemukan. Perpanjangan hidup yang radikal akan menjadi kenyataan. Mungkin juga, melalui Singularitas, kekekalan teknologi bahkan dapat dicapai.
Kemajuan-kemajuan ini harus memberikan pengharapan bagi umat Kristiani karena, dengan cara yang sangat nyata, kemajuan-kemajuan itu mewakili realitas kepercayaan Kristiani bahwa Allah, melalui Kristus, telah memulai proses penebusan umat manusia dan seluruh Ciptaan. Sekarang, saat kita bersama-sama diajak Kristus untuk membantu dalam pembaruan dan pemulihan umat manusia dan dunia ini, kita juga berpotensi memiliki hak istimewa untuk melayani Allah dalam mewujudkan realitas baru tanpa kematian ini. Dengan demikian, umat Kristiani harus mulai berkomitmen untuk membantu dan memberdayakan para ahli teknologi dengan alat-alat formatif yang akan mendorong pekerjaan mereka demi kebaikan seluruh umat manusia. Dengan demikian – suatu hari – umat Kristiani dapat sepenuhnya menyadari pengharapan gereja mula-mula untuk tidak pernah menghadapi kematian. (t/Jing-jing)
Diterjemahkan dari:
Nama situs: The Christian Post
Alamat situs: https://www.christianpost.com/news/the-singularity-christianitys-new-eschatological-hope.html
Judul asli artikel: The Singularity: Christianity's New Eschatological Hope
Penulis artikel: Christopher Benek, CP Op-Ed Contributor
Copyright © 2023 - Yayasan Lembaga SABDA (YLSA). All Rights Reserved