logo
Back to Article

Alkitab Tidak Berbicara tentang Teknologi dan AI, Jadi Apa yang Harus Kita Lakukan?

AI4Bible

2025-01-24 11:16:00

Secara global, gereja-gereja lamban dan enggan terlibat dalam dunia digital selama beberapa dekade. Meskipun internet telah muncul, budaya game dan media sosial melanda dunia, perdagangan online berkembang, konten video meledak, dan hiburan beralih dari bioskop ke streaming online, gereja-gereja umumnya masih ragu untuk mempertimbangkan bagaimana kesaksian dan misi Kristen dapat dihadirkan serta dialami melalui berbagai media dan platform digital.

Sebelum pandemi COVID-19, hanya sedikit gereja yang rutin mengadakan pelayanan daring.

Pandemi COVID-19 memaksa perubahan besar dalam sikap dan praktik gereja-gereja di Singapura. Seiring dengan pengetatan pembatasan pertemuan fisik, gereja-gereja beralih ke layanan daring dan berbagai bentuk pelayanan menggunakan konferensi video serta aplikasi digital lainnya.

Ketakutan dan ketidaknyamanan kita sebelum pandemi terhadap penggunaan media digital hilang dengan cepat.

Pasca-pandemi, kondisi gereja menunjukkan bahwa studi Singapura 2022 menemukan bahwa pandemi menjadi sarana inovasi digital, di mana 77% dari 144 gereja yang disurvei melanjutkan kebaktian streaming langsung setelah pandemi.

Jika dibandingkan dengan praktik-praktik sebelum pandemi, lebih dari separuh gereja yang disurvei telah mengalihkan antara 25% hingga 75% aktivitas mereka ke dalam bentuk daring.

Meskipun gereja-gereja kini telah memulai kembali sebagian besar kegiatan tatap muka sebelum pandemi, kenormalan baru telah menyaksikan perubahan pola dalam masyarakat dan gereja.

Saat ini, terdapat preferensi yang signifikan untuk bekerja dari rumah, mengadakan pertemuan daring, dan eksplorasi pelayanan serta misi digital yang baru.

Namun, gereja-gereja masih belum mengembangkan teologi yang koheren untuk pelayanan digital, apalagi membangun dan menetapkan liturgi atau praktik-praktik baru.

Membawa Keterlibatan Digital dari yang Dangkal Menjadi Otentik

Prinsip-prinsip sosial Kristen dapat memandu keterlibatan yang bijaksana, setia, dan kudus dengan ranah internet, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

Tiga dari empat bagian Prinsip-prinsip Sosial Metodis yang berkaitan dengan bidang ini, misalnya, mengakui "kehadiran internet di mana-mana dalam kehidupan modern."

Ini merupakan pengakuan implisit tentang bagaimana internet mendominasi kehidupan kita dan bagaimana dunia dimediasi melalui sarana digital bagi kebanyakan orang saat ini.

Ranah digital dapat menjadi alat pendidikan, komersial, dan sosial yang dapat digunakan untuk kebaikan umat manusia dan bahkan untuk kehidupan serta misi Kristen.

Selain itu, komunikasi dan hubungan digital tidak selalu bersifat "dangkal atau cepat berlalu" dan dapat menjadi otentik, sebagai "ekspresi saling mengasihi yang menghidupkan," meskipun interaksi tatap muka tidak akan pernah dapat digantikan secara memadai.

Namun, lingkungan digital juga merupakan ruang di mana kejahatan dan perilaku anti-sosial dapat dengan mudah disebarkan dan diakses. Ini termasuk penyebaran kebohongan, retorika anti-agama atau anti-Kristen, pornografi, pedofilia, kelompok-kelompok kebencian, ideologi teroris, dan pencurian kekayaan intelektual serta finansial.

Internet bukanlah sumber dari kejahatan sosial tersebut. Namun, kejahatan dapat disebarkan melalui internet.

Orang Kristen harus melihat dunia digital seperti halnya ruang fisik, konteks sosial, atau alat lain yang dapat digunakan untuk kebaikan atau kejahatan.

Kita sebagai orang Kristen tidak dipanggil untuk mengasingkan diri dan menjauh dari dunia, tetapi kita dipanggil untuk terlibat secara bijaksana dan setia melalui "kesaksian Injil yang sabar dan setia di depan umum," termasuk di internet.

Allah yang Ada di Mana-Mana

Tugas kita sebagai pengikut Yesus dalam ruang digital yang berubah dengan cepat adalah untuk secara aktif berpartisipasi dalam dan membentuk pemikiran serta penggunaan internet dengan cara-cara yang memperluas rancangan ilahi untuk kekudusan sosial, mencari damai sejahtera bagi orang-orang, dan memajukan misi Allah.

Maka, kita berusaha, dalam kata-kata rasul Paulus, untuk menjadi gereja Kristus yang mengekspresikan "kepenuhan-Nya memenuhi semuanya dan segalanya" (Efesus 1:23, AYT).

Saya mengambil sikap penuh harapan bahwa internet adalah paroki kita, mengakui bahwa tidak ada bidang di mana Allah kita tidak hadir dan mendahului kita dalam menyelesaikan misi-Nya untuk menebus dunia.

Prinsip-prinsip sosial Kristen menerapkan pendekatan pengharapan yang serupa terhadap teknologi dan ilmu pengetahuan dengan menganggap semua teknologi dan ilmu pengetahuan (termasuk internet) sebagai karunia ilahi yang dapat memberikan kebaikan bagi masyarakat jika digunakan dengan hikmat rohani dan tidak disalahgunakan.

Dengan demikian, orang Kristen harus melibatkan ilmu pengetahuan dalam percakapan dan memandang teknologi sebagai sebuah pertolongan, selalu tunduk pada pengawasan Kitab Suci dan hikmat rohani yang cermat.

Sikap penuh pengharapan terhadap internet, ilmu pengetahuan, dan teknologi mencerminkan perasaan John Wesley yang tajam akan kemahahadiran Allah.

Dalam khotbahnya pada tahun 1788, On the Omnipresence of God, Wesley menyatakan bahwa "tidak ada titik ruang, baik di dalam maupun di luar batas-batas ciptaan, di mana Allah tidak berada." Wesley teringat akan kata-kata dari Yeremia 23:24: "Bukankah Aku ada di mana-mana di seluruh langit dan bumi?" (Yeremia 23:24, AYT).

Memahami bahwa Allah hadir di mana-mana memiliki implikasi yang mendalam bagi pemahaman kita tentang ruang dan misi. Allah hadir dalam ruang fisik dan digital.

Memahami kehadiran dan aktivitas ilahi yang meluas hingga ke dunia maya menantang Gereja untuk mempertimbangkan kembali keterlibatan kita yang hangat dengan internet.

Dengan memahami kedaulatan Allah atas segala ciptaan, pengetahuan dan kebenaran akan menghilangkan rasa takut dan ketidakmampuan yang mungkin dirasakan oleh orang-orang Kristen dan gereja dalam melibatkan pengetahuan ilmiah serta perubahan teknologi.

Dengan perspektif yang alkitabiah, Wesleyan, dan penuh pengharapan, orang-orang Kristen dan gereja-gereja dapat menata ulang serta terlibat dengan semangat misi yang baru, yaitu dengan menjadikan internet sebagai paroki kita, ilmu pengetahuan sebagai mitra bicara, dan teknologi sebagai penolong bagi misi Allah pada masa kini.

Prinsip-prinsip Sosial Metodis dalam Lingkup Internet, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi mengartikulasikan tanggapan Gereja Metodis di Singapura terhadap isu-isu yang dihadapi umat Kristiani saat ini. Ini bukanlah aturan, tetapi pedoman yang diambil dari dasar-dasar Alkitab dan teologis serta tradisi Metodis.

(t/Jing-jing)

Diambil dari:
Nama situs : Salt and Light
Alamat situs : https://saltandlight.sg/faith/the-bible-doesnt-talk-about-tech-and-ai-so-what-should-we-do/
Judul asli artikel : The Bible doesn't talk about tech and AI, so what should we do?
Penulis artikel : Rev Dr Bernard Chao
YLSA SABDA

Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati

Contacts

WhatsApp:

0881-2979-100
Social

Copyright © 2023 - Yayasan Lembaga SABDA (YLSA). All Rights Reserved